UmmatMuslim.com - Makanan adalah salah satu rezeki yang Allah berikan kepada makhluknya. Makanan terdiri banyak jenis. Makanan juga berbeda dari suatu daerah ke daerah lainnya sampai-sampai setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khasnya masing-masing.
Makanan ini pasti dengan berbagai rasa. Bahkan makanan yang sama tetapi dibuat oleh orang berbeda biasanya sudah memiliki cita rasa yang berbeda.
Dalam Islam makanan salah satu ukuran kecukupan dalam hidup kita sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya." (HR. Tirmidzi; dinilai hasan oleh Al-Albani), maka sudah semestinya kita bersyukur untuk memiliki makanan.
Tetapi pada saat ini banyak orang yang apabila tidak menyukai makanan tertentu mereka malah menghinanya dan bahkan menjelek-jelekkan makanan tersebut. Padahal belum tentu makanan yang kita tidak suka itu tidak enak menurut orang lain, karena cita rasa setiap orang berbeda-beda.
Sebagai suri tauladan kita semua ummat muslim Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sebagaimana hadits berikut.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Tidaklah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencela suatu makanan sedikitpun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak memakannya)." (Muttafaqun 'alaih. HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064).
Selain itu Rasulullah SAW juga sangat mensyukuri makanan dengan memuji makanan tersebut walaupun sedikit dan walaupun menurut kita makanan tersebut kurang enak.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, suatu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta lauk kepada salah seorang istrinya, lalu sang istri mengatakan, "Kami tidaklah punya lauk kecuali cuka." Nabi lantas minta diambilkan cuka tersebut. Nabi mengatakan sambil memulai menyantap dengan lauk cuka, "Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka." (HR Muslim no 2052)
Tetapi apabila ditanya kenapa kita tidak makan makanan tertentu, maka dibolehkan menyatakan alasannya dengan baik tanpa memburuk-burukkan makanan tersebut. Ini sebagaimana hadits dari Kholid bin al-Walid di mana Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam enggan makan makanan berupa daging dhabb (biawak padang pasir).
Apabila beliau ditanya tentang dhabb, maka Rasulullah mengatakan, "Dhabb tersebut tidak terdapat di kampung halamanku (bukan makanan kebiasaan bagi masyarakatnya), jadi aku rasa tidak biasa dengannya (atau tidak selera terhadapnya)" (HR al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, al-Baihaqiy dan asy-Syafi’i)
Begitulah kita seharusnya menanggapi makanan yang kita tidak sukai. Jangan sampai perkataan kita yang mencela makanan dapat menyinggung hati yang membuatnya atau yang memberikannya karena sesungguhnya menjaga lisan kita adalah salah satu amalan yang disukai Allah SWT.