Bolehkah Kita Mengidolakan Orang Kafir Karena Prestasinya?



Mengidolakan seseorang berarti kita mencintainya. dan kosekuensi dari mencintai biasanya adalah mengikuti kebiasaannya. Seperti kalau kita mengidolakan ayah kita dirumah pasti tanpa kita akan sering meniru-niru kebiasaan kebiasaan ayah kita, baik cara duduknya, cara berjalannya, cara berpakaiannya.


Tapi bagaimana pandangan Islam tentang mengidolakan orang kafir karena prestasinya? Sesungguhnya mengidolakan orang kafir dalam hal prestasinya itu boleh-boleh saja (mubah) asalkan prestasinya tersebut baik dan tidak bertentangan dalam ajaran Islam. Seperti Rasulullah SAW yang tetap mencintai pamannya Abu Thalib karena kebaikan beliau membela dan melindungi Dakwa Rasulullah SAW di Mekah.

Tapi dalam hal tersebut kita harus berhati-hati, jangan sampai kita lebih mencintainya dan mengikutinya dalam hal-hal keburukan lainnya. Karena terdapat ancaman yang buruk juga kalau sampai kita mencintai manusia berlebihan sampai mengalahkan kecintaan kepada Allah SWT.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٲتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَـٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِ‌ۗ ذَٲلِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)" (QS. Ali Imran, 14)

Dalam hal ini seorang muslim sebaiknya mengidolakan manusia terbaik sepanjang Zaman Rasulullah SAW, karena sungguh pasti Rasulullah SAW lebih memiliki lebih banyak prestasi dan lebih banyak kebaikan, karena konsekuensi mengidolakan pasti mencintainya dan mencintai seseorang pasti kita akan selalu ingin mengikuti apa yang kita cintai. Dan Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya suri tauladan dalam hidup ini. Selain itu jangan sampai kita mengikuti suatu kaum yang akan membuat kita menjadi kaum itu. astagfirullah.

"Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dalam kaum itu" (HR. Abu Dawud)

"Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat nanti" (HR. Thobroni dalam Ash Shogir dan Al Awsath. Perowinya adalah perowi yang shahih kecuali Muhammad  bin Maimun Al Khiyath, namun ia ditsiqohkan. Lihat Majma' Az Zawaid no. 18021.)

Wallahu A'lam

Back To Top